Bandung – Nicholas Saputra telah menjadi ikon perfilman Indonesia sejak debutnya dalam Ada Apa dengan Cinta? (2002). Selama lebih dari dua dekade berkarier, ia tetap mempertahankan eksklusivitasnya di dunia film, tanpa pernah bermain dalam sinetron.
Sebagai aktor yang sangat selektif dalam memilih peran, Nicholas lebih sering terlibat dalam proyek-proyek film berkualitas, baik yang bersifat komersial maupun yang berorientasi festival. Beberapa film yang ia bintangi seperti Gie (2005), Janji Joni (2005), Aruna & Lidahnya (2018), hingga Paranoia (2021) memperlihatkan konsistensinya dalam dunia seni peran.
Selain dikenal sebagai aktor, Nicholas juga memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan sosial. Ia aktif dalam berbagai kampanye pelestarian alam dan sering terlihat berkontribusi dalam kegiatan yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan.
Keputusannya untuk tidak bermain dalam sinetron bukan hanya soal idealisme, tetapi juga karena ia ingin terus menjaga kualitas aktingnya. Dalam sebuah wawancara, ia pernah mengungkapkan bahwa dirinya lebih tertarik pada proyek-proyek yang memberikan tantangan artistik dibandingkan proyek yang hanya mengejar rating.
Dengan rekam jejak yang luar biasa dan prinsip yang kuat, Nicholas Saputra tetap menjadi salah satu aktor terbaik Indonesia. Pertanyaannya, akankah ia suatu hari berubah pikiran dan menjajal dunia sinetron? Sejauh ini, jawabannya masih tetap tidak.